MEWARISI NILAI LUHUR DAN MENGKREASIKAN PUISI RAKYAT
MENGENAL DAN MEMAHAMI PUISI RAKYAT
Puisi rakyat berupa pantun, syair, gurindam, atau puisi rakyat yang berkembang di daerah tertentu. Pada acara-acara di televisi, kepiawaian membuat pantun masih menjadi andalan untuk melucu. Pada lagu-lagu juga masih ditemukan pantun. Sementara untuk gurindam, syair, dan sastra lama yang lain agak kurang lagi didengar.
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar
Angkatlah pula sauh dan layar
Pada beras bekal jantanlah taksir
Niscaya sempurna jalan yang kabir
Karya: Hamzah Fansuri
Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam berarti “mula-mula” atau “perumpamaan”. Gurindam sarat nilai agama dan moral. Tak dimungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan norma dalam kehidupan. Seperti apakah gurindam sebenarnya? Gurindam adalah puisi lama (Melayu) yang sangat penting sebagai warisan budaya.
Ciri gurindam
a)
Terdiri atas dua baris dalam
sebait.
b) Tiap baris
memiliki jumlah kata sekitar 10-14
kata.
c) Tiap baris memiliki rima sama atau bersajak a-a, b-b, c-c, dan seterusnya.
d) Merupakan satu kesatuan yang utuh.
e) Baris pertama
berisi soal, masalah,
atau perjanjian.
f) Baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama.
g) Isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara. Pantun
Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun tersebar hampir diseluruh Indonesia. Fungsi pantun di semua daerah (Melayu, Sunda, Jawa, atau daerah lainnya) sama, yaitu untuk mendidik sambil menghibur. Melalui pantun kita menghibur orang dengan permainan bunyi bahasa, menyindir (menegur bahwa sesuatu itu kurang baik) secara tidak langsung, atau memberi nasihat. Melalui pantun leluhur kita terkesan lebih santun untuk menegur atau menasihati orang secara tidak langsung agar orang yang kita tuju tidak merasa malu atau dipojokkan. Ciri-ciri pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi lama lainnya.
Ciri-ciri pantun :
a)
Tiap bait terdiri
atas empat baris (larik).
b) Tiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
c) Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b
d) Baris pertama
dan kedua merupakan sampiran.
e) Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Syair
Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah syair berasal dari bahasa arab yaitu syi’ir atau syu’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu’ur berkembang menjadi syi’ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.
Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.
Ciri-ciri syair antara lain :
a)
Tiap bait terdiri
atas empat baris (larik).
b) Tiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
c) Rima akhir setiap baris adalah a-a-a-a.
d) Semua baris adalah
isi.
e) Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan.
MENYIMPULKAN ISI PUISI RAKYAT
●
Mencari makna kata sulit pada syair
● Menyimpulkan nilai-nilai moral yang terdapat
pada syair di atas.
Struktur pantun:
Struktur penyajian pantun dua larik sampiran dan dua larik isi pantun. Dua larik pertama merupakan pengantar untuk masuk pada isi larik 3 dan 4. Makna/isi pada larik 1 dan 2 dengan larik 3 dan 4 tidak berhubungan. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, pantun larik 1 dan larik 2 menggunakan kalimat perintah. Larik satu dan larik 2 merupakan kalimat berdiri sendiri. Larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan pola hubungan syarat (kalau), pada larik 3 dan larik 4 merupakan hasil . Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk.
Struktur gurindam :
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (larik 1 apabila...) dan pada larik 2 kondisi / keaadaan jika syarat dilakukan.
Struktur Syair :
Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik. Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik syair merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair tersebut larik 1 menggunakan kalimat untuk menyapa (menggunakan kata seru Hai ) Larik larik 2 dan 3merupakan kalimat perintah kepada generasi muda yang disapa pada larik 1. Larik 4 pada kutipan syair tersebut merupakan akibat yang akan ditemui jika melakukan apa yang diperintahkan pada larik 2 dan 3. Pilihan kata yang digunakan pada syair tersebut merupakan kata bersifat simbolik dan ungkapan lama. Pilihan kata sangat indah dengan makna yang dalam.
Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi atau bermaksud memberi perintah atau suruhan. Contoh: Buanglah sampah pada tempatnya
Kalimat saran
Kalimat saran adalah kalimat yang berisi tentang saran kepada orang lain untuk kebaikan orang lain (sebaiknya, seyogyanya).
Contoh:
Sebaiknya kau pikir dahulu Demi keputusan yang tepat
Kalimat ajakan
Kalimat ajakan adalah kalimat yang berisi ajakan kepada orang lain untuk melakukan suatu perbuatan (ayo dan mari). Contoh: Marilah kita jaga agar lestari
Kalimat seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan rasa hati, seperti kagum, heran, senang, dan sedih (alangkah, betapa, dan bukan main).
Contoh: Alangkah indahnya alam Indonesia ini.
Wahai, pemuda Indonesia teruslah berjuang melestarikan budaya kita
Kalimat larangan
Kalimat larangan adalah kalimat yang berisi larangan agar orang lain tidak melakukan kegiatan (jangan, hidari).
Contoh: Janganlah berprasangka buruk kepada sesama. Kata penghubung yang sering digunakan pada puisi rakyat
Kata penghubung tujuan
Merupakan kata penghubung modalitas yang
menjelaskan maksud dan tujuan suatu acara atau
tindakan (supaya, untuk, agar, dan guna).
Kata penghubung sebab (kausal)
Menjelaskan bahwa suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab tertentu (sebab, sebab itu, karena, dan oleh karena itu).
Kata penghubung akibat
Konjungsi yang menggambarkan suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab peristiwa lain. Konjungsi yang dipakai adalah sehingga, sampai, dan akibatnya.
Kata penghubung syarat
Konjungsi syarat yang menjelaskan suau hal bias terpenuhi apabila syarat yang ada dipenuhi, atau dijalankan. Contoh kata yang digunakan adalah jika, jikalau, apabila, asalkan, kalau, dan bilamana.
Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu subjek dan satu predikat.
Contoh Pagi-pagi saya sarapan.
Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek atau predikat. Kalimat majemuk terjadi dari penggabungan dua kalimat dasar atau lebih.
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara/sederajat.
Kalimat majemuk hubungan syarat
Ditandai dengan : jika, seandainya, asalkan,apabila, andaikan.
Contoh : Jika hidup bermalas-malasan, masa depan tak tentu arah.
Kalimat majemuk hubungan tujuan
Ditandai dengan : agar, supaya, biar.
Contoh : Agar hidup tercapai tujuan, hendaklah pemuda rajin belajar.
Kalimat majemuk konsensip
Ditandai dengan : walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun, sungguh pun
Contoh : Walaupun belajar banyak godaan, tetaplah teguh mencapai harapan.
Kalimat majemuk hubungan penyebaban
Ditandai dengan : sebab, karena, oleh karena
Contoh : Hari ini aku bersedih karena berpisah dengan sahabat.
Hari ini aku bersedih karena berpisah dengan orang terkasih.
Kalimat majemuk hubungan perbandingan
Ditandai dengan: ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, lebih baik.
Contoh : Belajar di waktu kecil seperti melukis di atas batu.
Kalimat majemuk hubungan akibat
Ditandai dengan : sehingga, sampai-sampai, maka
Contoh : Dian belajar begitu keras sehingga dapat memenangi olimpiade itu.
Kalimat majemuk hubungan cara
Contoh : Dengan cara menjual koran, dia mendapatkan uang untuk hidup
Dengan berpikir cermat generasi muda menggapai asa.
Langkah membuat pantun
a) Tentukan ide yang akan disampaikan (kalau hidup bekerja keras kelak hidupnya menjadi sukses).
b)
Menata ide menjadi
dua larik (dengan
bunyi akhir yang berbeda).
c) Memilih kosakata
yang diakhir dengan
bunyi seperti dua larik.
d) Membuat larik
sampiran dari benda/kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan isi.
e) Menata kembali
kalimat/larik dengan rima dari kosakata
yang berima sama.
f) Menata pantun secara logis.
Langkah membuat gurindam dan syair hampir sama dengan langkah membuat pantun hanya saja perlu disesuaikan dengan syarat gurindam dan syair.
Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 semester 2
MTs.Al-Baqiyatussholihat NW Beraim
2 komentar:
Terimakasih ilmunya dari kemarin nyari materi ini sekarang udah nemu di sini.
Sama sama gan
Posting Komentar